Saya begitu sedih saat anak pertama saya
meninggal karena sakit. Pada usia satu tahun lebih, Allah telah ‘menyapanya’
untuk bersanding denganNya. Ada perasaan rasa bersalah yang luar biasa karena
tidak maksimal memberikan perawatan saat dia sakit. Perasaan menyesal juga
muncul saat saya tidak mendampinginya di saat-saat
terakhirnya.
Beberapa bulan setelah kematian anak pertama
saya, masih begitu terngiang kuat dalam ingatan tentang lucunya tingkah
lakunya. Merindukan nangisnya dan rengekan yang pada saat mengalaminya mungkin
menjengkelkan. Kenangan indah-nya begitu kuat. Terkadang ada trauma kecil saat melihat baju ataupun
segala asesoris yang berhubungan dengannya.
Ada perasaan tidak ikhlas dan belum bisa
menerima kematian tersebut. Saya sempat mempertanyakan keadilan dari takdir
Allah. Mengapa begitu cepat kami bersamanya yang hanya satu tahun itu. Mengapa
anak kami yang dipanggilNya. Rasa sakit hati dan nyeri perasaan itu sungguh nyata saya rasakan.. Tapi apalah daya,
saya bukanlah pemilik anak. Dia adalah titipanNya.
Kami telah menentukan kematian
di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat menangguhkannya (Q.S. Al
Waqiah : 60)
Ya Begitulah kematian tidak
bisa ditangguhkan, walaupun sebentar. Ada keinginan ingin mengembalikanpun
tidak akan bisa sampai kapanpun. Saya sempat sedih mendalam dan begitu lama.
Sampai pada suatu kesadaran, hidup terus berlanjut.
Walaupun saya merasa bahwa itu
merupakan kehilangan terbesar dalam hidup saya, saya segera menyadari bahwa
sejatinya manusia tidak pernah kehilangan apapun. Ya, karena memang manusia
tidak pernah memiliki apapun. Kesadaran itu memberikan pandangan kepada saya,
bahwa terserah Allah sebagai pemilik anak
saya mau diapakan dia.
Ikhlas. Itulah kata yang harus
saya tanamkan dalam diri. Dan saya masih diberi kesempatan untuk melanjutkan
kehidupan. Mempersiapkan amal terbaik. Karena suatu saat saya pasti mati juga.
Dan belanjakanlah sebagian
dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian. Kepada salah
seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat
bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?". Dan Allah
sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang
waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. AL Munafiqun : 10-11)
Setelah hati pasrah dan
mengembalikan kepada sang pemiliki, saya mulai menjalani hidup dengan lebih
‘normal’ dengan kasadaran baru : Apa persembahan terbaik saat saya kembali
kepada Sang Pemilik ?.
0 komentar:
Posting Komentar