Apabila ada pertanyaan “Pekerjaan apa yang
paling berat di dunia ini ?”, bagi saya adalah menjadi ikhlas. Orang yang
ikhlas adalah orang yang benar-benar menyandarkan setiap niat, perbuatan dan
hasilnya hanya untuk Allah semata. Bahkan, extrem-nya
dia sudah tidak peduli lagi dengan diri sendiri sepanjang yang dilakukannya
hanya untuk Allah semata.
Perjuangan menjadi ikhlas adalah perjalanan
panjang yang membutuhkan kerja keras, kesabaran, ketelatenan dan tawakal tingkat
tinggi. Di setiap tahap-nya membutuhkan kesabaran ekstra.
Apakah kamu
mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Akankah
datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat. (Q.S. Al Baqarah : 214).
Setiap orang memiliki ceritanya sendiri untuk
menggapai surga tertinggi (ikhlas). Awalnya saya menganggap ikhlas adalah
perasaan tenang dan bahagia yang datang dari adanya nikmat. Perasaan tersebut
muncul saat kedamaian karena memilikikehidupan yang sempurna. Memiliki istri,
anak, harta, keluarga yang baik, relasi yang luas dan dagungkan dan dihormati
oleh banyak orang.
Pada suatu titik saya mengalami kejadian kehilangan
anak dan kejadian lain-nya yang membuat drop, saya menganggap itu adalah
musibah. Sampai saya hanya merasa sendiri di dunia ini. Saya gelisah, marah dan
kecewa sama Allah. Ada perasaan, kurang apa ibadah saya sama kamu (Allah) ?.
Lalu saya (pura-pura) ikhlas menerima kondisi
tersebut. Saya kira Allah akan mengangkat saya kepadakehidupan yang lebih baik.
Ternyata, iya. Tetapi kehidupan yang lebih baik versi Allah, bukan lebih baik
versi saya. ^_^.
Allah menyadarkan saya, belum benar-benar ikhlas
menerima segala ketetapanNya. Nafsu masih lebih dominan dibandingkan
ikhlas-nya. Buktinya, saya masih mempertanyakan mengapa saya masih berada dalam
kondisi seperti ini.
Ternyata tuntutan menjadi ikhlas itu bukan hanya dalam
kondisi yang menyenangkan versi manusia semata. Dalam yang kita sebut sebagai
ujian/cobaan, tuntutan menjadi ikhlas itu juga perlu. Secara pribadi saya
berpendapat, ujian ikhlas saat segala kenyamanan dan kemudahan kita dapatkan
lebih sulit dilakukan, karena mudah sekali melalaikan.
Apabila kita tidak bisa benar-benar kokoh melewati
tuntutan menjadi ikhlas saat masa yang menyulitkan dan menggelisahkan, akan
lebih sulit lagi menjadi ikhlas saat segala kenyamanan tersedia. Do’akan saya
saat masa kenyamanan dan kemudahaan itu hadir, tetap dapat menjaga keikhlasan.
0 komentar:
Posting Komentar