Rabu, 23 Desember 2015

Belajar Menjadi Ikhlas


Apabila ada pertanyaan “Pekerjaan apa yang paling berat di dunia ini ?”, bagi saya adalah menjadi ikhlas. Orang yang ikhlas adalah orang yang benar-benar menyandarkan setiap niat, perbuatan dan hasilnya hanya untuk Allah semata. Bahkan, extrem-nya dia sudah tidak peduli lagi dengan diri sendiri sepanjang yang dilakukannya hanya untuk Allah semata.

Perjuangan menjadi ikhlas adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kerja keras, kesabaran, ketelatenan dan tawakal tingkat tinggi. Di setiap tahap-nya membutuhkan kesabaran ekstra.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Akankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S. Al Baqarah : 214).

Setiap orang memiliki ceritanya sendiri untuk menggapai surga tertinggi (ikhlas). Awalnya saya menganggap ikhlas adalah perasaan tenang dan bahagia yang datang dari adanya nikmat. Perasaan tersebut muncul saat kedamaian karena memilikikehidupan yang sempurna. Memiliki istri, anak, harta, keluarga yang baik, relasi yang luas dan dagungkan dan dihormati oleh banyak orang.

Pada suatu titik saya mengalami kejadian kehilangan anak dan kejadian lain-nya yang membuat drop, saya menganggap itu adalah musibah. Sampai saya hanya merasa sendiri di dunia ini. Saya gelisah, marah dan kecewa sama Allah. Ada perasaan, kurang apa ibadah saya sama kamu (Allah) ?.
Lalu saya (pura-pura) ikhlas menerima kondisi tersebut. Saya kira Allah akan mengangkat saya kepadakehidupan yang lebih baik. Ternyata, iya. Tetapi kehidupan yang lebih baik versi Allah, bukan lebih baik versi saya. ^_^.

Allah menyadarkan saya, belum benar-benar ikhlas menerima segala ketetapanNya. Nafsu masih lebih dominan dibandingkan ikhlas-nya. Buktinya, saya masih mempertanyakan mengapa saya masih berada dalam kondisi seperti ini.

Ternyata tuntutan menjadi ikhlas itu bukan hanya dalam kondisi yang menyenangkan versi manusia semata. Dalam yang kita sebut sebagai ujian/cobaan, tuntutan menjadi ikhlas itu juga perlu. Secara pribadi saya berpendapat, ujian ikhlas saat segala kenyamanan dan kemudahan kita dapatkan lebih sulit dilakukan, karena mudah sekali melalaikan.


Apabila kita tidak bisa benar-benar kokoh melewati tuntutan menjadi ikhlas saat masa yang menyulitkan dan menggelisahkan, akan lebih sulit lagi menjadi ikhlas saat segala kenyamanan tersedia. Do’akan saya saat masa kenyamanan dan kemudahaan itu hadir, tetap dapat menjaga keikhlasan.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com