Kita lahir tidak memiliki apapun, ketika meninggal
tidak membawa apapun. Mengapa masih bersedih dengan kehilangan ?.
Sejatinya manusia tidak memiliki apa-apa. Segala yang
telah diusahakannya akan hilang. Segala yang telah diperjuangkannya akan
musnah. Pasti, diri ini-pun suatu saat akan tiada.
Saat kehilangan baik itu harta, suami/istri, orang tua
atau anak tidak perlu bersedih berlebihan. Meratapinya hingga menganiaya diri
sendiri. Kembalikanlah semuanya kepada Allah. Semuanya milik Allah. Jangan
pernah memaksa dan mengenggam terlalu erat yang bukan milik kita.
Musibah dan ujian silih berganti. Bisnis bangkrut, sulit
bekerja, perceraian, anak yang merepotkan, hidup yang sulit adalah bagian
ketentuan Allah yang harus diterima. Musibah dan ujian bertujuan agar kita
menyadari bahwa kita tidak bisa mengatur itu semua sekehendak kita. Kita hanya disuruh untuk
menyadari dan memperbaiki segala kesalahan-kesalahan kita.
Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Sesungguhnya
kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali” (Q.S. Al Baqarah : 155 – 156)
Sikap
terbaik saat semua telah terjadi adalah bersabar, yaitu menyadari dan
memperbaiki kesalahan kita dengan bertanggung jawab sepenuhnya. Kembalikan
setiap musibah dan ujian, termasuk mengembalikan diri kita kepada Allah.
Ikhlaskan. Sepenuhnya percaya kepada Allah apapun yang terjadi di masa depan
nanti.
Beberapa kejadian dalam hidup ini sebagian berada
diluar rencana kita. Tidak terkontrol dan terjadi begitu saja. Itulah ketetapan
Allah terhadap setiap hambanya. Bagaimana sikap terbaik saat segalanya telah
terjadi.
1. Katakanlah “Sesungguhnya semua
milik Allah, dan akan kembali padaNya”
Sadarilah kita adalah mahluk yang
tidak memiliki apapun. Lahir tidak membawa apapun, meninggalpun begitu. Semua
yang ada pada diri kita saat ini adalah milik Allah dan anugerahNya.
Sewaktu-waktu atau kapan-pun mau Allah ambil adalah kehendakNya.
2. Instropeksi Diri
Sebagian kesalahan kita adalah
salah satu penyebab musibah. Merenunglah secara mendalam dengan berfokus pada
kekurangan-kekurangan diri. Maafkan kesalahan diri sendiri dengan berusaha
sekuat tenaga dengan tidak mengulanginya lagi.
3. Fokus untuk kehidupan saat ini dan
masa depan
Masa lalu adalah bagian pelajaran
hidup untuk memperbaiki di masa depan. Sekelam apapun masa lalu, masa depan
tetaplah suci. Masa depan menjadi milik orang-orang yang memperbaiki diri.
Fokus pada kebaikan dan perbaikan yang bisa kita lakukan saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar