Salah satu cita-cita saya sejak kecil adalah bagaimana caranya agar
dicintai Allah. Setelah mengetahui konsep tentang kebesaran dan kemuliaan
Allah, saya begitu tertarik dengan dzat Allah dan ingin bertemu denganNya
kelak. Namun janji pertemuan dengan
Allah membutuhkan syarat yang tidak mudah
Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat
kepada Tuhannya (Q.S. Al-Kahfi: 110)
Ada dua konsekuensi
yang harus dipenuhi untuk orang yang ingin bertemu dengan Allah ; berbuat baik
dan tidak menyekutukan Allah. Berbuat baik memiliki konteks makna yang luas,
begitu juga dengan tidak menyekutukan Allah. Sederhananya saya pahami berbuat
baik adalah minimalnya menjalankan perintah-perintah syariat dan mengikuti tata
cara Rasulullah.
Setelah berusaha
merutinkan sholat wajib berjamaah, saya berusaha melaksanakan sholat sunnah
utama, tahajjud dan duhha. Selanjutnya puasa senin kamis, yaumul bidh dan puasa bulan lainnya.
Ditambah rutin mengaji Al Qur’an dengan target tertentu serta ditambah
hafalannya. Rutin membaca kitab hadist dan membaca buku lainnya.
Semua itu semata dilakukan agar
dicintai Allah. Mengejar itu semua setengah mati dilakukan karena walaupun
pekerjaannya terlihat relatif ringan dan mudah dilakukan, tetapi dalam
pelaksanaannya kalau bukan karena niat yang kuat dan kesungguhan yang besar
pasti sulit. Disamping dibantu atas karuniaNya. Alhamdulillah. dalam beberapa pekerjaan ada yang menjadi program
otomatis diri, banyaknya tidak menjadi kebiasaan dan terlupakan.
Itu baru satu sisiyang bersifat
mujahadah (perjuangan diri) internal. Di sisi external, ikhtiar agar dicintai
Allah meliputi bersikap baik dengan orang diluar diri. Orang tua, keluarga dan
lingkungan sosial. Ikhtiar ini juga butuh perjuangan tak kalah tangguh,
khususnya terkait muammalah. Kewajiban
berbakti, memberi nafkah dan menyelesaikan hutang piutang buth niat dan
kesungguhan luar biasa.
Kalau bukan karena karuniaNya,
saya mungkin tidak sanggup melewati perjuangan itu. Hingga saat ini-pun ikhtiar
mujahadah diri internal dan eksternal masih terus dilakukan. Ikhtiaritu akan
tetap berlanjut hingga meninggal kelak.
Maka sia-sia lah diri ini
apabila setiap detik waktu yang berlalu hanya untuk memenuhi hawa nafsu semata.
Selama nafas masih berhembus selama itulah ikhtiar agar dicintai Allah masih
berlanjut. Dicintai Allah adalah anugerah. Selain upaya kesungguhan kita
menggapainya dengan kegigihan, berdo’a memohon karunianya juga menjadi kunci
agar dicintai oleh Allah.
0 komentar:
Posting Komentar