Kamis, 05 November 2015

Perjalanan Hati Menemukan Allah



Setiap orang memiliki kisah sendiri dalam perjalanannya mencari Allah. Bersyukur bagi yang telah diberikan karunia telah menemukan Allah, apalagi sampai mena’atinya.

Kawan saya seorang pebisnis pernah bercerita, dia memiliki usaha yang sukses. Saat itu yang ia fikirkan hanyalah keuntungan dan uang saja. Dia selalu befikir melipatgandakan uang, membuka cabang dan memperoleh keuntungan besar. Bisnisnya agresif, sampai menggunakan hutang untuk mengembangkan bisnisnya. Suatu saat bisnisnya bangkrut sampai meninggalkan hutang 1 miliar lebih. Hal tersebut membuatnya stres, pusing setengah mati atau bisa dikatakan setengah gila. Ditagih debt collector bank, karyawan nuntut tunjangan phk, istri minta cerai dan uang tidak punya sama sekali. Setiap hari dia terus memikirkannya,  tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat kondisi bangkrut itulah, dia merasa disadarkan oleh Allah. Ditengah kebingungannya, dia hanya dzikir dan sholat.  Dia merasa telah melalaikannNya. Dia akhirnya bertaubat dan kembali mendekatkan diri kepada Allah. Setelah evaluasi diri dan bertaubat, lambat laun hutangnya terlunasi dan usahanya bangkit lagi. Dia bahkan merasa menemukan Allah  setelah kebangkrutannya.

Kawan saya yang lain seorang profesional bekerja sebagai arsitek. Walaupun dia arsitek senior dengan dengan gaji dan fasilitas yang mapan, dia merasa hidupnya hampa dan bosan karena rutinitas dan intensitas kerjanya tinggi. Suatu saat dia drop dan masuk rumah sakit. Dokter menyatakan diabetes dengan berbagai komplikasinya. Dia divonis hanya bertahan kurang dari dua tahun. Padahal usianya masih sekitar 30 tahun-an. Dia menghabiskan banyak biaya untuk terapi pengobatannya. Harta yang ia kumpulkan habis hanya dalam beberapa bulan saja, bahkan rumahnya yang bernilai diatas 1 miliar dijual.

Di tengah stress dan bangkrut, dia merenung. Dia merasa bahwa Allah adalah tujuan satu-satunya hidup di dunia. Dia mulai berfikir apa manfaat terbaik yang bisa ia berikan sebagai pengabdian terakhirnya dunia ini (karena ia sadar bahwa hidupnya berakhir tidak lama lagi). Dia bertaubat dan menyesal. Dia mendirikan yayasan pengembangan karakter untuk anak-anak dan merasa bahagia.

Beda lagi kisah seorang kawan yang senang mempelajari berbagai macam ideologi untuk memuaskan hasrat intelektualitasnya. Mulai dari ideologi ekstrem kiri (radikal-sosialisme) hingga ekstrem kanan (fundamentalis-islam). Dia gila baca, aktif diskusi dan sangat antusias menyampaikan ‘ilmu’ barunya kepada orang lain. Sampai suatu saat jiwanya labil, ia stress dan bingung sendiri mencari definisi kebenaran.  Kawan saya ini akhirnya memilih atheis, tidak bertuhan. Hari-harinya dijalani tanpa ideologi dan menjadi seorang freeman

Dua tahun menganut liberalisme. Hidupnya bebas melakukan apa saja, tetapi perasaannya hampa dan gelisah. Dia merasa tidak memiliki tujuan dan arti hidup. Suatu saat Allah memberikan hidayahnya melalui seorang ustadz. Dia bertaubat dan menemukan islam yang sebenarnya.

Kita tidak bisa memilih bagaimana caranya mencari dan menemukan Allah. Setiap detik perjalanan hidup adalah kehendak Allah yang semua telah terjadi bertujuan agar kita mengenalNya. Stress, bangkrut, sakit hanyalah washilah (perantara) agar kita menyadari bahwa yang Maha Segalanya adalah Allah. Agar manusia tidak sombong dengan segala kemampuan dan keadaannya. Kemuliaan dunia berasal dariNya, kehinaan terjadi atas izinNya.

....Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya? Kelak Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksa yang buruk, disebabkan mereka selalu berpaling (QS. 6 : 157).

Tuhan dalam bentuk apapun selain Allah adalah semu. Palsu.  Yang diciptakannya bukan kebahagiaan sejati, mentok-nya hanya kesenangan. Itupun hanya sesaat. Berhati-hatilah apabila kita mulai menuhankan sesuatu selain Allah.  Allah menggaransi kesyirikan menciptakan kegelisahan. Berpaling dari Allah adalah awal dari bencana.

Tetaplah mencari mencari tuhan dalam kondisi apapun. Semoga menemukan Allah.

Tetaplah mendekat kepada Allah dalam senang maupun sedih. Terserah Allah saja bagaimana caranya agar kita menemukan Allah.  Bagi anda ayang telah menemukan Allah bersyukurlah. Syukuri nikmat itu dengan beribadah sebaik mungkin dan memberikan manfaat bagi orang lain. Bagi yang belum menemukan Allah tidak perlu kan menunggu bangkrut, sakit atau gila dulu ?. 

------------------------------------------------------------------------------
Catatan ini ditulis oleh Syekh Farhan Robbani, Direktur Program dan Pendidikan Rosehva Indonesia. 

Diterbitkan oleh Koran Harian Amanah Edisi Jum'at, 30 Oktober 2015

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com