Rabu, 25 November 2015

Menerima dan Memeluk Kehidupan




 
Perasaan paling tidak menerima pertama kali dalam kehidupan saya adalah saat orang tua memutuskan memindahkan saya ke pesantren pada usia 13 tahun. Pada saat kelas dua SMP itu kehidupan saya berubah dari yang dekat orang tua menjadi jauh orang tua. Dari selalu terfasilitasi menjadi fasilitas terbatas. Dari perasaan winner dengan selalu menjadi juara di sekolah, menjadi perasaan looser dengan menjadi rangking buncit. Maklum pindahan saya dari daerah ke Kota Madya yang tentu persaingannya berbeda.
Saya kecewa dengan orang tua saya. Tidak menerima dipindahkan sepihak tanpa diskusi yang adil. Saya selalu menangis dipesantren pada tiap malam selama tiga bulan pertama. Saya malas belajar dan mengaji, dampaknya nilai jeblok dan hasil belajar tidak maksimal. Saya benci dengan kondisi tersebut.
Perlahan namun pasti saya mulai menerima kondisi tersebut. Mulai menikmati hari-hari saya di pesantren walaupun dengan kondisi yang terbatas. Beradaptasi dengan lingkungan dan membentuk kebiasaan baru. 
Belakangan saya menyadari bahwa kejadian itu yang mengajarkan kemandirian, gigih, sabar dan kerja keras. Yang terpenting kejadian itu mengajarkan tentang pentingnya menerima kondisi yang tidak kita inginkan.
Sekuat apapun upaya saya mengubah keadaan dan kondisi, ada banyak hal yang tidak bisa diubah dan kontrol. Saya yang tidak menerima kondisi pindahan secara mendadak itu membuat belajar tidak optimal, malas-malasan, ogah-ogahan. Yang paling mengesankan adalah, saya tidak bisa tenang dan berfikir dengan baik selama tiga bulan pertama.
Pikiran saya yang ingin pulang, tidak betah dan tidak tahan dengan kondisi tersebut membuat nangis setiap malam. Saya berharap kondisi berubah dengan cepat, tetapi itu tidak pernah terjadi. Yang ada saya tetap berada di pasantren itu selama lima tahun berjalan. 
Kalo tidak menerima, saya sudah mati gelisah sepanjang malam selama lima tahun. Tapi karena bertahap mulai menerima dan membuka mata saya untuk lebih fokus kepada hal-hal yang bisa saya kontrol selanjutnya, Alhamdulillah saya lulus SMA dan bisa melanjutkan studi S1. 
 ....Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Q.S. Al Baqarah : 216)
Begitulah banyak hal yang bisa membuat kita tidak menerima kondisi yang ada saat ini. Pikiran negatif terkadang muncul. Namun memilih menerima dan memperbaiki hal-hal yang bisa diperbaiki adalah jalan terbaik. Karena hidup ini terus berjalan, senang ataupun sedih. Menerima atau tidak menerima. Pilihan ada di tangan kita masing-masing.
 
------------------------------------------------------------------------------
Catatan ini ditulis oleh Syekh Farhan Robbani, Direktur Program dan Pendidikan Rosehva Indonesia. 

Diterbitkan oleh Koran Harian Amanah Edisi Jum'at, 20 November 2015

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com