Ketika menghadapi masalah kebanyakan dari kita adalah
menyesal dengan keputusan di masa lalu. Meratapi diri dan berandai semua masalah
ini tidak akan terjadi apabila A atau B. Padahal masalah yang dihadapi sudah
jelas nyata di depan kita dan segera untuk diselesaikan. Menyesal itu berguna selama memberikan makna
dan arti dari setiap kejadian. Menyesal menjadi tidak ada gunanya apabila hanya
digunakan untuk mengenang masa lalu, meratapi dan menyalahkan orang lain.
Masalah adalah sebuah keniscayaan (konsekuensi) dalam
kehidupan. Masalah adalah pertanda adanya kehidupan. Yang tidak kalah penting
hadirnya sebuah masalah adalah terkait dengan keputusan kita dimasa lalu.
Dahulu setiap memiliki masalah saya selalu menghadapinya dengan perasaan
yang gelisah, grasa-grusu, ingin
cepat selesai dan menghalalkan segala cara. Tidak jarang sampai melanggar syariat. Saat
orang lagi ‘kalap’, apapun dilakukan demi selesainya masalah. Namun yang tidak
saya sadari saat itu adalah konsekuensi sikap salah dalam menghadapi masalah
akan menciptakan masalah baru yang lebih rumit.
Banyak masalah yang saya hadapi berasal dari
ketidakcermatan saya mengambil keputusan. Terkadang keputusan saya ambil
dengan sikap asal nabrak, asal jadi dan
asal selesai. Pikiran saya terlalu menggampangkan masalah. Saat itu saya
berfikir, masalah pasti selesai dengan sendirinya. Ternyata, masalahnya tidak
selesai bahkan menjadi masalah baru. Keputusan asal nabrak dan solusi asal
selesai ini bersumber dari kondisi pikiran dan hati yang tidak tenang. Begitu
terus ketika menghadapi masalah.
Sampai suatu saat saya menyadari sikap tidak tenang
akan membuat keputusan yang salah. Keputusan salah akan menjadi masalah baru.
Sikap reaktif dalam menyikapi masalah itu bersumber dari kurangnya persiapan
dan kurang memperhatikan resiko setiap ingin mengambil keputusan. Saya belajar
untuk memperbaiki sikap dan memperbaiki keputusan-keputusan saat menghadapi
masalah.
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik
(yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang
kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan
kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun (Az Zumar : 23)
Saat ini saya berusaha bersikap lebih tenang dalam
menghadapi setiap masalah. Mengambil keputusan dengan pikiran jernih.
Mempertimbangkan setiap resiko dan kemungkinan yang akan timbul di depan.
Berdo’a adalah menjadi andalan saya setiap mengambil keputusan. Mungkin ilmu
dan pengalaman saya tidak cukup untuk menghadapi masalah, tetapi petunjuk Allah
memberikan keputusan terbaik.
Saya terus berdo’a agar selalu dalam petunjukNya.
Karena siapa lagi yang akan membimbing langkah kita apabila sudah
disesatkanNya?. Nau’udzubillah.
0 komentar:
Posting Komentar