Jumat, 12 April 2019

Menyadari Lapisan-Lapisan Pikiran

Percaya atau tidak, kita bukanlah seperti yang selama ini kita kenal. Kita ada beserta identitas dan keyakinan yang dimiliki saat ini adalah tumpukan-tumpukan pikiran yang diperoleh dari kecil hingga usia saat ini. Hal ini bisa disebut sebagai lapisan-lapisan pikiran.
.
Sadar tidak sadar, saat masih bayi kita tidak memiliki identifikasi, keyakinan dan pikiran apapun. Kita bergerak berdasarkan kesadaran murni dan fitrah diri.
.
Pernah nggak, saat ada kejadian tertentu kita akan merespon secara otomatis dengan sikap tertentu yang terkadang tidak kita sadari, itu otomatis saja. Misalnya saat menghadapi situasi yang sedih begitu mendalam, negatif, putus asa bahkan mau bunuh diri. 
.
Pada saat orang lain menghina kita, lalu ada perasaan tidak nyaman serta perasaan sakit hati sehingga mau marah balik untuk menyerang, klarifikasi dan memberikan penjelasan. 
.
Sebenarnya, reaksi otomatis itu bukan benar-benar diri kamu lho ?!. Pernah dengar bayi tersinggung dengar omongan tetangga ?!
.
Maksudnya ? iya, itu bukan (benar-benar) diri kamu yang sebenarnya. Semua itu bersumber dari software dan setting programming yang ada di pikiranmu. Otomatis berasal dari alam pikiran bawah sadar, atau bahasa ilmiahnya Servomechanism (artinya googling sendiri ya!)
.
Servomechanism terbentuk salah satunya berasal dari pikiran-pikiran, ilmu yang diterima, konsep-konsep dan dogma yang didapatkan, wawasan, pengetahuan, nilai-nilai dan segala sesuatu yang terkumpul lalu menumpuk hingga membentuk-mu hari ini.
.
Apa yang membuat kamu bisa secara otomatis bersikap tertentu dan terkadang kamu sendiri merasa aneh, kenapa saya bisa bersikap seperti itu. Sampai kamu sendiri bertanya, "kok bisa ya saya melakukan itu atau bersikap begitu ?". Nah, sedikit banyak itu berasal dari tumpukan lapisan pikiran yang kamu miliki. Darimana sumber lapisan pikiran itu berasal ?.
.
Sebenarnya banyak sumber lapisan-lapisan pikiran itu bisa terbentuk, baik yang disadari maupun tidak disadari. Beberapa yang akan dibahas adalah yang lebih relatif mudah. Kita hanya perlu memperhatikan dan amati untuk selanjutnya, kita pilih mana yang berguna mana yang tidak.
.
Pertama, sumber mindset atau lapisan pikiran yang kita miliki saat ini didominasi oleh orang tua atau orang yang paling dekat dengan kita pada saat masih bayi. Orang terdekat pada awal-awal kehidupan kita, umumnya adalah orang tua. Kata-kata dari orang tua, pikiran-pikirannya, mindset bahkan perilaku orang tua ter-transfer dengan sempurna, karena mindset mereka tertulis saat jiwa kita sedang kosong-kosongnya. Saat lapisan kertas diri kita masih putih bersih, orang tua menuliskannya dengan sangat sempurna. Ia menuliskan apa yang menjadi mindset-nya lalu menuliskannya lagi “di lapisan” paling dasar pikiran kita.
.
Kertas putih “lapisan pikiran” lembar pertama kita yang ditulis sempurna oleh orang tua sehingga menghasilkan diri kita saat ini. Coba cek deh, pasti ada kata-kata dari orang tua yang selalu diingat dan menjadi pikiran alam bawah sadar. Kata-kata itu akan selalu teringat dan terus membekas. Kata-kata lainnya juga banyak yang mengendap dan beberapa pada lapisan terbawah kita yang suatu saat bisa tiba-tiba muncul. Apalagi kata-kata yang sering diucapkan oleh orang tua kita secara berulang dan terus menerus. Coba perhatikan, perilaku anak-anak adalah contoh sempurna dari "coretan" tulisan orang tuanya. 
.
Orang tua menjadi penulis sempurna yang berhasil menggoreskan tulisan di kertas lapisan pikiran kita pada halaman pertama. Ini yang akan paling diingat dan selalu membekas, karena tidak ada yang tertulis sebelumnya.
.
Lapisan pikiran selanjutnya "ditulis" oleh lingkungan kita. Lingkungan berasal dari orang-orang sekitar rumah, pergaulan, sekolah, tempat kerja atau lingkungan lainnya. Lingkungan lebih dari sekedar yang berada di sekeliling kita, tetapi yang sering berinteraksi dengan kita. Teman-teman, saudara, sahabat atau rekan kerja. 
.
Semakin sering berinteraksi secara intens maka akan memberikan pandangan, kata-kata, pikiran yang akan menciptakan lapisan berikutnya setelah lapisan dari orang tua. Coba perhatikan kalimat teman-teman, pikiran dan perilakunya. Semakin intens pertemuan, semakin sering berinteraksi dengan mereka, apalagi dalam jangka waktu yang sangat lama akan semakin kuat membentuk pikiran, cara pandang dan pribadi kita.
.
Pembentuk pikiran ketiga adalah pendidikan yang kita terima. Dari TK, SD, SMP, SMA hingga saat ini. Perhatikan nilai-nilai yang ditanamkan di pendidikan kita. Walaupun saat materi-materi pendidikan yang diterima pada saat  disampaikan tidak dimengerti, perlahan namun pasti materi dan nilai pendidikan akan masuk secara perlahan, menumpuk dan menjadi pikiran pribadi. Terkadang materi itu tidak mengerti saat disampaikan, akan ada saat “Aha moment” yang akan mulai memberi pemahaman dan mulai masuk ke diri kita.
.
Lapisan selanjutnya berasal dari tontonan atau input informasi. Tontonan akan menjadi referensi bagi kita dalam bersikap saat menghadapi suatu masalah dalam kehidupan. Semakin positif dan memberdayakan tontonan akan membuat kita lebih positif, begitu-pun sebaliknya. Apabila tontonan kita adalah yang negatif maka kecenderungan kita akan menjadi negatif.
.
Perhatikan saja, setiap tontonan atau input informasi yang diterima akan mendominasi pola pikir, pola perasaan dan pola gerak kita. Apapun jenis input informasi itu akan menjadi sangat berpengaruh dalam kehidupan kita saat ini.
.
Selanjutnya yang akan membentuk lapisan-lapisan pikiran kita adalah aktivitas/kegiatan yang dilakukan berulang-ulang. Aktivitas harian kita akan membentuk lapisan-lapisan pikiran kita. Semua lapisan-lapisan pikiran itu akan menumpuk ter-susun saling melengkapi sehingga membentuk keyakinan. Semakin dewasa akan semakin kuat dan semakin ter-identifikasi.



0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com