Perasaan merupakan salah satu alat pengembangan diri yang powerfull. Perasaan adalah perangkat lunaknya, hati (dalam artikel ini artinya jantung -heart- bukan -liver-) sebagai perangkat kerasnya. Pengkondisian perasaan ini akan berpengaruh besar terhadap tindakan, juga hasil tindakannya. Seseorang yang bertindak menggunakan ilmu dan teknik sama akan menghasilkan hasil yang berbeda apabila kondisi perasaannya berbeda.
Contoh di bisnis,
seseorang bisa mempelajari ilmu dan teknik penjualan yang sama. Belajar pada
guru yang sama, tetapi menghasilkan hasil yang jauh berbeda. Hal ini
disebabkan, salah satunya karena kondisi perasaan dari penjual itu berbeda.
Dalam perilaku
ibadah, nilai (pahala) shalat yang ikhlas berbeda dengan perbuatan shalat yang
tidak ikhlas. Sama-sama shalat, tapi dampak shalat yang dihasilkan jauh
berbeda. Misteri tentang perasaan ini banyak digunakan oleh pakar
pengembangan diri untuk memberdayakan manusia.
Pepatah lama
mengatakan :
“seperti di atas, begitu juga
di bawah. Seperti di luar, begitu juga di dalam”
Kondisi diatas
pohon yang segar dan berbuah lebat, hasil dari kondisi akar dibawah yang kuat
dan bagus. Kondisi perilaku/penampilan manusia diluar berasal dari perilaku
yang di dalam (perasaan). Apabila yang di dalam kondisi baik, maka
tampilan/perilaku di luar akan baik, pun sebaliknya.
Nabi Muhammad SAW
pernah bersabda :
“Dalam diri
manusia ada segumpal daging, apabila baik maka seluruh tubuh akan baik. Namun,
apabila segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu akan
rusak.Ketahuilah, Itu adalah hati“ -Al Hadist-
Makna “hati” di
atas adalah jantung (hati) yang mengontrol perasaan manusia. Biasanya, dalam
teknik hypnosis (digunakan juga untuk pemberdayaan diri), untuk memasuki alam
bawah sadar menggunakan teknik mengontrol jantung, dengan cara tarik napas
panjang-hembuskan. Berulang. Teknik tersebut untuk membuat perasaan perasaan
netral, setelah itu baru disugesti.
Banyak penelitian
yang mengarahkan bahwa pusat kontrol perasaan adalah jantung. Pada saat
deg-degan (perasaan takut), pacu jantung jadi lebih cepat. Napas tidak
terkontrol, kepala panas, mata merah, kulit belang-belang dan rambut rontok
(^_^ becanda!). Intinya, pada saat perasaan tidak menentu, pikiran dan kondisi
tubuh ikut tidak menentu. Saat kondisi seperti itu, harus dinetralkan. Apabila
tidak terkontrol, efek berganda lainnya akan datang. Orang lain jadi korban,
terjadi kekerasan fisik dan lainnya.
Dibutuhkan
ketrampilan menetralkan perasaan. Bagaimana caranya?
Praktik sederhana
saat ada ketidakcocokan dengan pasangan (suami atau istri). Berdebat tentang
hal penting (dan tidak penting) terkadang menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Ego muncul. Rasa ingin dihargai, diterima dan didengarkan menjadi lebih besar.
Saat kondisi
tersebut terjadi, bagaimana menetralkan perasaan ?
Sebagai bagian
dari alam, kita semua mengikuti hukum alam. Layaknya api apabila ketemu dengan
api akan menjadi lebih besar, lebih membara. Saat sama-sama sedang emosi,
pertengkaran yang terjadi. Hal sederhana untuk menetralkan perasaan dengan
berpindah tempat yang perasaan lebih netral. Pisah dari seseorang yang
perasaanya sedang emosi juga. Sederhannya, pindah tempat. Cari tempat yang
membuat perasaan menjadi lebih baik.
Dalam sebuah
hadist, apabila kita sedang keadaan marah maka langkahnya adalah berdo’a
perlindungan, berwudhu, duduk, diam, bersujud, tidur.
Hal sederhana
menetralkan perasaan dengan berpindah tempat, mencari tempat yang lebih netral
dan melakukan tindakan yang membuat perasaan menjadi lebih baik. Apabila sudah
netral, silahkan kembali ke pasangan (suami/istri) minta maaf. Tidak harus
secara langsung, pelan-pelan saja. Bikin kue kecil, nge-teh atau ngajak sholat
bareng ^_^.
0 komentar:
Posting Komentar